Bercerita tentang Kim Won-kang, mantan pemain tim nasional sepak bola Korea Selatan yang mengalami kegagalan dalam berbisnis di Kalimantan pada akhir tahun 90-an. Kegagalannya itu membawanya ke Timor Leste yang baru saja merdeka, disana dia ditipu oleh orang bahwa akan ada banyak pembangunan di Timor Leste dan ia akan kaya. Usaha penipu itu digagalkan oleh Duta Besar Korea Selatan di Timor Leste, Park In-gi.
Park In-gi menyarankan agar Won-kang pulang ke Korea karna ia tak mungkin mendapatkan apapun di Timor Leste, saat perjalanan menuju bandara Won-kang melihat anak-anak bermain sepak bola. Akhirnya ia berinisiatif untuk membuka toko perlengkapan olahraga dan melatih anak-anak itu agar menjadi pemain pro agar bisa bermain di Indonesia. Sembari melatih Won-kang juga menjual sepatu ke anak-anak itu dengan catatan mereka akan mengangsurnya, 1 dollar setiap harinya selama 2 bulan. Bagi mereka, itu terlalu mahal.
Tujuan Won-kang berubah, dia mulai melatih anak-anak itu dengan ikhlas ia bermaksud untuk membawa anak-anak itu ke Jepang mengikuti sebuah turnamen sepak bola.
Banyak halangan yang di alami oleh tim muda ini mulai dari masalah antar pemain; Motavio dan Ramos yang mana keluarga mereka saling bermusuhan, Ramos yang tertangkap basah mencuri spion mobil dan hendak di penjara jika saja Won-kang yang hendak kembali ke Seoul tidak mengganti rugi kepada pemilik mobil, dan ketiadaan biaya untuk mereka pergi ke Jepang.
Semua itu mampu mereka hadapi dan dengan bantuan In-gi yang mengirimkan e-mail permintaan kepada salah satu penerbit akhirnya penerbit itu bersedia membiayai mereka.
Berkat kerja keras, mereka berhasil memenangkan turnamen itu.
